Jumat, 15 Juni 2012

Pardon Me part.1

           Hari ini adalah ulang tahun Desi, teman sekelas Rani. Mereka memberi ’SURPRISE’ yang sangat meriah. Disaat itu juga ternyata Dina, sahabat Desi merasa sedih sekaligus senang. Rani yang tahu hal itu mendatanginya.
 “Ada apa Dina?Kok kamu kelihatan sedih sekali?,” tanyanya.
“Oh, aku tak apa-apa kok. Kita nikmati saja hari ini,“balas Dina. Ia merasa terheran-heran dengan temannya itu. Beberapa menit kemudian acara selesai mereka semua pun pulang ke rumah.
            Sesampainya di rumah, Rani segera menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Aku merabahkan diri di tempat tidur.
“Aku heran pada Dina. Mengapa dia kelihatan tidak senang, ya? Padahal semua terlihat senang sekali. Aneh!,“, gumam Rani.
“Mungkin aku harus mendatanginya. Aku akan pergi ke rumahnya untuk bertanya,“lanjutnya. Dia pun pergi dengan tergesa-gesa. Sampai-sampai dia lupa berpamitan kepada ibu.
            Tak lama kemudian, Rani sampai di rumah Dina.
“Assalamu’alaikum,” ucapnya.
“Waalaikumsalam,” jawab seseorang yang ada di rumah Dina. Tiba-tiba pintu terbuka. Ternyata itu Tante Mira, ibu Dina.
“Ada apa Rani?Cari Dina, ya? Maaf, tapi Dina belum pulang,” kata Tante Mira.
“Oh, kalau begitu saya pulang dulu, tante. Mungkin nanti saya akan kemari lagi,” katanya. Tante Mira hanya mengangguk. 
            Rani segera pergi ke beberapa tempat yang biasa didatangi Dina. Tapi, ia tak menemukan Dina. Bahkan semua tempat yang Dina sukai. Karena tak tahan menahan haus, ia pun membeli minum.
“Pak, es kelapa muda: 1,“kata Rani. Tiba-tiba terdengar suara orang memesan es yang sama.
“Es kelapa muda: 1,“katanya. Aku menengok ke belakang. Ternyata itu Dina.
“Din, itu kamu? Akhirnya kita ketemu juga“.
            Dina tak berkata apa-apa. Dia hanya menghela nafas. Sekarang, Rani super bingung. Suasana menjadi hening. Setelah es kami diberikan, Dina langsung menghabiskannya dan segeera pergi. Rani tak sadar jika Dina telah meninggalkannya. Setelah minumannya habis, ia baru sadar dan segera membayar dan pergi mencari Dina.
            Sesampainya di taman, Rani mendapati Dina yang sedang menangis tersedu-sedu. Rani pun menghampirinya.
“Din, mengapa kamu menangis?,“tanya Rani.
“Ran, aku sungguh kehilangan sahabatku yang selalu setia menemaniku. Aku sangat sedih,“katanya.
“Memangnya siapa sahabatmu? Kenapa dia tega meninggalkanmu?,“tanya Rani lagi.
“Sahabatku adalah...., tapi jangan bilang ke siapa pun, ya?“,kata Dina.
“Ok! Aku tidak akan megatakannya kepada siapa pun!“
“Dialah sahabatku. Dan... juga Desi sahabatku,“kata Dina sambil menunjuk seorang anak yang sebaya denganku. 
          Dia tahu itu adalah Rara. Rara memang sangat dekat dengan Dina. Tapi, entah mengapa akhir-akhir ini dia menjauhi Dina. Ia kasihan pada Dina. Akhirnya, Rani mengantarkan Dina pulang ke rumah. Ia pun juga pulang ke rumah.
          Sesampainya di rumah, Rani merebahkan diri di atas tempat tidur.
“Mengapa Dina merasa sangat kahilangan sahabatnya. Padahal, Rara kan selalu dekat dengan Dina?“gumamku.
         Tiba-tiba mataku tertutup dan bermimpi indah. Di pagi hari, cahaya mentari bersinar memasuki jendela kamarku. Rani pun terbangun dan segera membereskan tempat tidurnya degan cepat.
“Waduh! Sudah jam 06.00! Aku harus cepat!”katanya. Dia pun segera turun dan mandi. Setelah itu, sarapan.
“Bu, bisa bawakan.... aku sandwich.... yang dibeli ayah malam-malam? Tapi cepat ya, bu!“ katanya sambil memakan sereal sebagai menu sarapan hari ini.
“Iya, tapi habiskan dulu makananmu yang ada di mulutmu!“pinta ibu. Dia segera manelan makanan yang ada di mulutnya sambil nyengir kuda. Setelah semua siap, Rani segera pamit dan berangkat ke sekolah.
          Ketika sampai di sekolah, dia melihat Dina sedang duduk sendiri di bangku taman yang hanya cukup untuk dua orang saja. Dia pun berlari menuju kursi taman dan duduk di sebelah Dina.
“Nggak masuk ke kelas? Sebentar lagi bel tuh! Oh,ya! Boleh gak aku duduk di sebelahmu?“tanyanya hingga membuat Dina terkejut.
“Sebentar lagi aku masuk kelas. Taruh saja tasmu di sebelah tasku. Cepet nanti keburu ditempati anak,lo!“ pinta Dina. Rani pun segera berlari menuju kelas. Untung dia tepat waktu, kalau tidak dia tidak jadi duduk dekat Dina. Tapi, Rani melihat seorang kebingungan hingga menghampirinya.
“Apa kamu mau deket Dina?“tanyanya pada Rani.
“Ngg.... . Nggak! Aku gak jadi deket Dina, kok. Kamu aja yang deket Dina! Nggak papa, kok!“Kata Rani. Desi pun pergi meninggalkanku. Rani pun mencari duduk lain. Akhirnya, kudapati di sebelah Rara dan tepatnya di belakang tempat Dina. Dia duduk dengan tenang dan memikirkan apa sebenarnya yang terjadi pada Dina?
          Teng...teng...teng..., lonceng tanda masuk telah berbunyi. Dina pun masuk kelas dengan santai diikuti Bu Andin(Guru kelas 6-2).
“Sssttt.... Dina! Belakangmu!“kata Rani pada Dina. Dina pun menengok ke belakang.
Dia langsung berlari ke tempat duduknya.
“Terima kasih, ya. Kau tidak jadi duduk di sebelahku?“tanya Dina.
“Tidak. Habis tadi Desi ingin dekatmu, sih!“balasnya.
“Ooohhh!!!“Dina hanya mengangguk. Lalu, Bu Andin memulai pelajaran pertama yaitu, matematika. Banyak anak yang tak suka dengan pelajaran matematika. Tapi, Rani berbeda. Dia sangat suka dengan matematika. Karena menurutnya sangat mudah dan juga menyenangkan. Sekarang, dia telah selesai mengerjakan soal nomor 1-5. Dan mendapatkan nilai sepuluh.
         
           Tak lama kemudian, lonceng istirahat berbunyi. Semua anak berhamburan keluar kelas kecuali Dina dan Desi. Rani tak jadi ke kantin karena kasihan melihat Dina. Rani pun menghampiri mereka.
“Lho, kalian tidak ke kantin?“tanya Rani kepada Dina dan Desi.
“Tidak. Karena hari ini Dina bawa bekal yang enak banget!“kata Desi sambil menawarkan nasi goreng spesial yang dibawa Dina.
“Boleh juga!“balas Rani. Mereka pun makan sambil bercanda bersama. Tak terasa sudah waktunya pelaajaran kedua yaitu, Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS). Pelajaran itu sangat di benci Rani. Tapi, beda dengan Dina. Justru inilah pelajaran kesukaannya. Pelajaran IPS berlangsung membosankan sekali. Sampai pelajaran ketiga yaitu, PULANGGG!!!! Begitu senang hati Rani karena sekolah telai usai. Sebenarnya tidak murid-murid tidak pulang cepat. Tapi, karena guru-guru ada rapat, jadi hari ini pulang cepat!
          Sesampainya di rumah, Rani langsung merebahkan dirinya di tempat tidur. Begitu lelah rasanya hari ini. Segeralah Rani pergi ke mimpinya yang indah. Hari  sudah sore. Rani bangun dan langsung menyambar handphonenya yang berdering tanda ada SMS.                                                                                                      
          Rani segera menyambar handuk dan baju. Lalu segera mandi. Beberapa menit kemudian, ia segera meminta izin kepada ibunya. Ibunya pun membolehkannya. Ternyata benar di taman sedang ada pesta akhir tahun, pergantian tahun 2011 ke tahun 2012.
“Rani!!!“ teriak Desi. Rani hanya melambaikan tangan. Ia berlari menuju Desi, Dina, dan Rara.
“Lho, Dina sudah berbaikan dengan Rara? Bukannya....,“tanyaku pada Desi yang sedikit berbisik.
“Belum. Sebenernya Dina belum ngomong ke Rara. Tapi, dia ingin bilang sekarang. Padahal, aku sudah melarangnya,“balas Desi yang juga sedikit berbi
sik.
“Lho, kenapa kamu melarangnya? Bagus, kan kalau Dina cepet-cepet ngomong ke Rara?“ tanya Rani balik.
“Iya, sih. Tapi jangan ngomong di tempat ramai gini, dong!“ getak Desi.
“Iya-iya maaf. Tapi ngomongnya jangan keras-keras! Untung Dina sama Rara nggak denger,“kata Rani.
           Tiba-tiba terdengar suara letusan. Ternyata petasannya sudah diluncurkan.Semua menikmati pesta kembang api. Tapi, tidak dengan Dina. Dia terlihat sangat murung. Rani pun menghampirinya.
“Kenapa kau tampak murung terus? Bukannya kau sudah berbaikan dengan Rara?“tanya Rani.
“Kata siapa? Aku belum jadi sahabatya, kok,“balas Dina.
“Aku tahu caranya!“Rani berbisik kepada Dina. Dina hanya mengangguk. Mereka pun bergabung dengan yang lain. Bersenang-senang hingga larut malam. Dan, sekaranglah puncaknya. Jam menunjukkan pukul 12.00 p.m. dan inilah saat yang mereka nantikan yaitu, puncak dari semuanya.
CIIITTTT!!DOORR!!!
         Setelah bunyi itu berlalu Rani memutuskan untuk pulang. Begitu juga teman-temannya. Sampai di rumah ia langsung mmengambil pop corn dan menyalakan televisi. Karena sangat lelah, Rani pun tertidur.
         Tak terasa sudah lama Dina mencoba bicara dengan Rara. Tapi, ia tetap ragu. Ia berpikir, mungkin Rara tidak akan pernah mau menerima Dina. Sekarang, ia sudah putus asa untuk bicara pada Rara. Rani dan Desi telah menyemangatinya. Tapi, tetap saja tak ada perubahan. Akhirinya Rani mencoba idenya yang mungkin akan membuat Dina bangkit.
“Din, kalau kamu nggak mau mencoba bicara pada Rara aku tidak akan membantumu lagi. Dan, aku juga tidak mau berteman denganmu lagi! Bagaimana? Kamu mau mencoba atau tidak? Aku tunggu jawabanmu sepulang sekolah!“kata Rani. Ia pun meninggalkan Dina dan Desi seorang diri di kelas. Dina tampak bingung dia harus melakukan apa? Dia sudah menyerah untuk mendapatkan Rara. Bahkan salah seorang dari ’Triple Melon’ (sebuah kelompok di kelas Rani) marah karena merasa Dina telah merebut Desi.
“Des, kurasa aku akan bilang hari ini juga!“kata Dina penuh keyakinan.
“Kau yakin?“tanya Desi
“Aku yakin! Aku tak ingin kehilangan sahabat untuk kedua kalinya!“timpal Dina.
          Saat pulang pun tiba. Rani menunggu Dina dan Desi di gerbang sekolah.
“Bagaimana?“tanya Rani.
“Aku putuskan, hari ini dan saat ini juga aku akan bicara pada Rara!“balas Dina. Rani tak menyangka siasatnya pun berhasil juga. Tapi, ini juga diluar dugaan Rani, karena dia kira Dina tidak akan melakukannya secepat ini. Dina pun menghampiri Rara.
“Ra, boleh nggak aku ngomong sesuatu ke kamu?“tanya Dina.
“Boleh. Tapi, cepet,ya. Aku sudah di jemput, tuh!“kata Rara. Dina hanya mengangguk.
“Sebenernya......,“kata Dina. Matanya sudah berkaca-kaca.
“Sebenarnya apa?!!“bentak Rara. Semua anak mulai mengerumuni mereka.
“Sebenarnya..... aku mau m... min..ta maaf ke.. kamu. Hiks...hiks..., aku... pi..ngin... kamu.... baikan.... sama...aku...,“kata Dina terisak-isak.
“Baikan? Emang aku salah apa?“tanya Rara.
“Kamu ...mau, kan ja.....,“tak sempat mengatakannya, ayah Rara sudah memanggil Rara untuk pulang. Dina pun hanya bisa menangis. Ia berlari manuju mobil yang akan membawanya pulang. Begitu juga Rani. Ia segera pulang.
          Sesampainya di rumah, Rani ganti baju dan pergi keluar. Ia menuju taman. Setelah sampai, ia mengambil handphone dari sakunya. Ia meminta Desi dan Rara datang ke taman.
“Halo, assalamu’alaikum. Des, sekarang kamu ke taman, ya? Aku juga mau ngajak Rara. Bicara’in Rara sama Dina!“kata Rani
iya. Emang kamu mau suruh Dina bilang ke Rara di taman?“tanya Desi.
“Nggak. Aku nggak ngajak Dina. Aku mau bilang ke Rara kalau Dina pingin jadi sahabatnya. Terus, besok tinggal kita suruh Rara bilang 'iya' waktu Dina bilang itu,“jelas Rani.
Ooohhh!!! Yaudah. Kalau begitu aku mau ganti baju dulu!Dah!!“kata Desi. Lalu, saatnya Rani menghubungi Rara. Akhirnya pun mereka datang. Mereka pun berbincang-bincang.
          Hari besok pun tiba. Rani dan Desi menyemangati Dina agar dia mau mencobanya lagi. Dan akhirnya dia mau.
“Ra, mau... nggak kamu jadi s....,“kata Dina.
“Jadi apa?“tanya Rara.
“S...sa...habatku,“kata Dina.
“Ehhm.... bagaimana, ya?Bisa nggak kamu kasih aku waktu?Kira-kira sampai besok?“tanya Rara. Dina hanya mengangguk. Lalu, ia meninggalkan mereka bertiga di taman. Rani dan Desi segera menarik tangan Rara. Muka mereka manmpakkan wajah kesal.


Apakah Rara mau akan menerima Dina sebagai sahabatnya?'Nantikan part 2-nya ya....'